Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Video Bokep, Video Bokep ABG, Video Bokep Terbaru, Cerita Sex ABG

Senin, 25 September 2017

Mendapatkan Kenikmatan Dari Ibu Kandungku

0
Pusat Cerita Sex - Namaku Dimas, aku kuliah di Yogjakarta jurusan management di sebuah universitas semester akhir. Aku tinggal di rumah sederhana bersama ibu dan adik laki-lakiku. Ibuku kalau di rumah selalu memakai nikab, serba tertutup hanya menyisakan mata dan telapak tangan yang terlihat. Itu sudah kebiasannya sejak dulu.

Pagi itu aku pamit ke ibu hendak pergi ke kampus. Namun sampai di depan pintu aku teringat ada tugas di komputer yang belum aku selesaikan dan diperlukan hari ini, maka aku pun kembali masuk ke kamar dan buru-buru menyelesaikan tugas itu. Setelah pekerjaanku rampung dan menyimpannya di flash disk, aku segera bergegas berangkat. Saat aku melewati ruang tamu, aku melihat ibu sedang duduk di bangku single sofa. Seperti biasa dengan pakaiannya yang serba tertutup.

Cuma yang aku kaget dan bikin jantungku berdebar adalah ketika aku melihat kedua kakinya sedang terbuka lebar dan jemari tangannya sedang mengusap-ngusap vaginanya dari luar gamis hijaunya. Tubuhnya tampak menggeliat keenakan. Ini kali pertama aku melihat ibu seperti itu. Beradegan mirip di film-film bokep. Matanya terpejam, sehingga ia tak melihat diriku. Sambil melenguh-lenguh kecil ia berkata,

“Dimas, Aji sini sayang…ayo remas dada ibu nak…aaahhh…”
Aku sangat terkejut ketika namaku dan adikku disebut-sebut. Apakah ibu sedang membayangkan kami berdua? tanyaku dalam hati.

“Ayo sini nak keluarin batang tongkol kalian, biar ibu hisap…aahhh dasar nakal ya kalian…aahhh…” rancu ibu semakin tak karuan.
Aku kemudian mendekati ibu dan berdiri didekatnya, tapi ibu pun masih belum menyadari keberadaanku.

“Dimas sini nak jilati vagina ibumu nak…” ucapnya sambil seolah-olah ia memegang kepala orang dan menggerak-gerakkan pinggulnya dengan tangan yang satunya tetap terus mengusap-usap bagian kewanitaanya.

“Sodok lubang vagina ibu dengan lidahmu sayang…gak usah malu sayaaang…aaahh…” rancunya nakal.
Aku menelan ludah, mendengar kata-kata nakal yang keluar dari mulut ibuku sambil melihat gerakan tangannya yang intens di antara pangkal paha itu.
Buk…ibuuu…” panggilku pelan. Kemudian Ibu membuka mata dan kaget setengah mati begitu melihatku.

“HA!! Dimas kamu masih di rumah, bukannya tadi kamu sudah berangkat ke kampus?” tanyanya setengah gugup.
“Tadi balik lagi ada yang ketinggalan” jawabku. Ibu menutupi mukanya dan bagian kewanitaannya dengan tangannya karena malu.
“Sudah lama kamu berdiri disini?” tanyanya.
“Iya bu sudah dari tadi” jawabku singkat.
“Ya sudah, pergi sana, kamu mau berangkat lagi kan?” kata ibu.
Entah apa yang ada dipikiranku saat itu. Aku hanya diam. Dan lalu kupegang punggung tangan ibu yang menutupi kemaluannya dan menggerak-gerakkannya, darahku langsung berdesir.
“Eh Dimas…” ucap ibu dengan lirih sambil menggeleng. Ia pun masih menutup wajahnya dengan tangan kirinya. Beberapa saat ia biarkan aku menggerakkan tangannya, sebelum akhirnya ia sentuhkan jemari tanganku langsung ke vaginanya. Kedua tangannya meremas-remas lenganku saat kugosok-gosok vaginanya turun naik.
“Dimas..nak…mmh…ahh…kamu…aduh..ini…,” suara ibu terdengar gugup.
Tanpa aba-aba kutarik rok gamisnya perlahan ke atas. Ibu mencoba menahan tarikanku.
“Jangan..Dimaaasss…”
“Ayo donk bu, kasih lihat bagian bawahnya….” bujukku sambil tanganku melingkar melalui lehernya turun ke buah dadanya yang montok dan meremasnya. Kenyal rasanya kedua, telapak tanganku gak cukup besar untuk menangkupnya.
“Owh..Dimaaass…toket ibu nak….oohhh….”

Kutarik lagi gamisnya semakin keatas, kali ini ia tak lagi melawan malah membantuku menarik kain gamisnya. Sungguhb luar biasa saat kulihat kedua paha ibu yang putih mulus yang tidak lagi terhalang oleh selembar kain dan kebetulan ibu tidak pakai celana dalam. Ibu melebarkan kedua kakinya, mempertontonkan isi vaginanya, seolah memberikan ijin kepadaku untuk menyentuhnya. Tanpa pikir panjang, kusambut undangannya dengan jemariku mendarat di bibir vagina yang sudah sedikit basah.


“Ouuugghhhh….” desah ibu saat kulit kami bersentuhan.
Lalu aku melontarkan pertanyaan nakal untuk ibu,
“Ibu kalau di rumah gak suka pakai CD ya?”
“Iya sayanaang…baru tahu ya…ayo sekarang mainin sayang itil dan memek ibu…terserah mau diapain memek ibu” ucapnya pasrah.
Kumulai untuk memasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya memeknya, dan kutusuk-tusuk. Ibu meremas-remas tanganku menahan nikmat saat aku memasturbasi dirinya. Matanya kembali terpejam.
“Ssstthhh…aaahhh Dimaaass…” desahnya.
“Enak bu…?” tanyaku. Ibu tak menjawabnya dia cuma menganggukkan kepalanya saja.

Rasanya seperti mimpi, aku memberikan kenikmatan seksual pada ibuku sendiri. Wanita yang melahirkan dan membesarkanku dari kecil. Aku jadi makin terangsang memikirkan hal ini. Kupercepat gerakan tanganku.

“Eeehhmmm…aaahhh…nak sayaaang…gosok lebih kencang lagi sayaang..aaahhh…” desahnya semakin nakal. Aku melirik ke arah kemaluanku, ternyata batang tongkolku sudah dipegang dari diremas-remasnya dari luar celanaku.
“Aaahhh…” desahku sambil mengerutkan dahi.
“Enak sayang?” tanya ibu.
“Gak bu gak enak” jawabku.
“Kalo gak enak kenapa mendesah?” tanya ibuku.
Lalu kupandang wajah ibuku yang tertutup cadar dan berkata,
“Yang enak itu begini, bu…” jawabku sambil membuka ikat pinggangku, kancing dan resleting. Kukeluarkan batang kejantananku dan kuarahkan ke arah mulutnya. Kukesampingkan cadarnya.
“Enak tuh kalau batang tongkol Dimas berada di mulut ibu…” jawabku mulai nakal.
“Ya udah sini biar ibu kulum batang tongkolmu…” katanya.

Kutarik kepala ibu yang bertudung kearahku, dan batang tongkolku menerobos masuk, tenggelam di dalam rongga mulutnya. Ibu mulai mengulum batangku. Entah setan mana yang merasukiku, menyuruh ibuku sendiri untuk mengoral batang tongkolku. Apa kata orang kalau mereka tahu apa yang kami perbuat ini. Mungkin sebaiknya kusudahi saja. Ini sudah terlalu jauh. Tapi sudah kepalang tanggung nikmat…sebentar lagi…ah…ah…

“Dimas…kita sudah tanggung sampai sini….setubuhi ibu ya….neri ibu kepuasan ya nak….” pinta ibuku.

Astaga baru mau aku sudahi, malah diajak yang lebih lagi, haruskah aku melaukannya? tanyaku dalam hati. Kemudian Ibu berdiri dari sofa dari membalikan badannya dengan badan sedikit membungkuk. Ditarik gamisnya keatas. Ia terlihat makin sexy kalau setengah telanjang begini. Apalagi bokongnya itu semok banget. Kucari lubang vaginanya dankumasukkan batangku dari belakang.

“Ayo nak sodok memek ibumu ini sayang” pintanya. Aku pun lantas menyodok lubang memek ibuku dari belakang. Batang tongkolku keluar masuk di lubang tempat dulu aku keluar. Meskipun ibuku sudah berusia 40 tahun, tapi kemaluannya masih terasa sempit.
“Ooohhh sayangg…sodok lebih cepat nak…entot ibu sampai puas ya nak…aaahh…” rancunya liar.
Kuputar-putar pantatku, kadang kusodok kencang lalu kutarik perlahan dari lubang memeknya.
“Pintar sekali kamu nak…enak banget sayaaang….sssthh..ooouugghh…”

Lalu kami berganti posisi, aku duduk di sofa dan menunggangiku diatas. Batang tongkolku diarahkan ke lubang memeknya, perlahan sambil seperti hendak duduk ia menurunkan pinggulnya, dan “Bleess…” batang tongkolku masuk semuanya. Kemudian dia bersandar ke tubuhku dan dengan tanganya berpegangan sofa. Ia menaik turunkan pinggulnya. Mantab sekali, dapat kurasakan otot vaginanya mengencang dan menjepit batangnku. Kusibak baju atas dan kuremas-remas dadanya. Ia pun tidak memakai BH juga.

“Terus nak pilin putingku Dimaaass….aaahhh…. enak sekali rasanya…” erangnya.
“Ibu cantik deh, Dimas tak menyangka dengan kejadian ini” kataku memujinya.
“Batang tongkolmu keras banget, gede dan panjang Dimaaass…aahhh….impian ibu terwujud hari ini sayang…” uacapnya sambil terus mendesah.
“Emang sejak kapan ibu memimpikan akan hal ini…?” tanyaku penasaran.
“Dah lama banget…semenjak ayah kalian sudah tiada…tidak ada yang bisa bantu ibu memuaskan nafsu birahi ibu…” terangnya.
“Lalu kenapa ibu gak bilang dari dulu?” tanyaku lagi.
“Gak mungkinlah, Dimas sayang….lagipula kamu masih kecil waktu itu…” jawabnya.
“Kalau ibu bilang, pasti Dimas bantu ibu…gak peduli Dimas masih kecil…” kataku.
“Memang apa yang bisa Dimas perbuat untuk memuaskan ibu?” tanyanya.
“Dimas akan kilati memek ibu dari bawah gamis…” jawabku.
“Auugghh…ssttthhh…aahhh…terus apa lagi sayang?” tanyanya sambil mendesah.
“Masukin batang tongkol Dimas ke mulut ibu” jawabku.
“Oh yeesss…sayaaa…terus apa lagi sayaang?” tanyanya semakin bernafsu.
“Kuremas dada ibu dan kujilati puting ibu” jawabku lagi.
“Ooouugghhh…yesss…tau gitu ibu pasti bilang dari dulu sayaaang…aaaaahhhhh…ibu keluaaaaarrr…yeesss…” teriaknya sembari tubuhnya mengejang pertanda dia telah meraih orgasmenya. Tubuh ibu mengejang berkali-kali. Sebelum akhirnya ia jatuh lemas di pelukanku. Nafasnya tidak beraturan.
“Dimas sayang…ibu oral kamu ya nak…..kamu kan belum keluar…” ucapnya.
“Iya bu….” jawabku singkat.
Ibu lalu mengambil posisi di depanku. Kembali disingkirkan cadarnya dan kembali mengulum batang tongkolku.
“Ouuugghhh…nikmat sekaliii…buuu…” erangku menahan nikmat. Benar-benar hebat cara ibu memijit batang tongkolku dengan mulutnya.
“Sssthhh…Dimas mau ngecrooot bu….cabut aja…” kataku. Tapi ibu tidak menggubrisku ucapanku. Ia terus menaik turunkan kepalanya bahkan semakin cepat.
“Ooohh…bU…cabut..bu…dah mau.. KE..KELUAAAR!!” jeritku.

Cairan spermaku muncrat berkali-kali di dalam mulut ibuku. Setelah air maniku habis di telannya kemudian bu berdiri dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci mulutnya.

Aku menceritakan kejadian hari itu ke adikku. Awalnya ia tidak percaya akan hal itu. Akan tetapi saat ibu mengoral batang tongkolku dari bawah kolong meja saat makan malam, barulah ia percaya.
Setelah kedajian itu, kami bertiga kadang melakukan bersama-sama di kamar, atau pernah juga di tepi pantai saat malam hari. Pokoknya seruu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.